08 October 2008 |

Laskar Pelangi dan Sahabat Kecil

Tepatnya tanggal 3 Oktober 2008, saya bersama satu kompi sanak saudara menyaksikan pemutaran film Laskar Pelangi (yang bagi saudara saya sudah pemutaran ketiganya ;)). Film Laskar Pelangi diangkat dari novel karya Andrea Hirata yang novelnya kita kenal sebagai buku sastra Indonesia terlaris sepanjang sejarah.

Ditemani dengan sebotol Aqua dan sekotak popcorn, saya menyaksikan jalannya film tersebut bersama para penonton lainnya. Saya belum sempat membaca novelnya sehingga tidak memiliki gambaran alur ceritanya. Kebanyakan film yang diangkat dari novel laris selalu mengundang kritik dari para pembaca novelnya dan menjadi tantangan bagi penulis skenario. Masalah klasiknya yang sering muncul adalah ketidaksesuaian antara film dengan novel atau ada bagian dari cerita yang dihilangkan atau malah ditambahkan. Menurut saya pribadi hal tersebut merupakan hal yang dapat dimaklumi, karena perpindahan antara satu media ke media lain membutuhkan penyesuaian. Sulit memindahkan seluruh alur cerita, karakter dan suasana yang terbangun pada novel ke layar lebar secara utuh. Suasana dan imajinasi yang tercipta ketika kita membaca sebuah novel berbeda antara satu pembaca dengan yang lainnya dan sangat sulit untuk menuangkan imajinasi dari para pembaca ke layar lebar.

Hanya ada satu hal yang cukup mengganggu saya ketika menonton film Laskar Pelangi yaitu munculnya Tora Sudiro sebagai salah satu pemeran dalam film ini. Hal ini disebabkan oleh image Tora Sudiro yang telah dikenal luas sebagai karakter yang jenaka. Ditambah lagi ketika menunggu jam pemutaran film, saya melihat poster Cinlok yang juga diperankan oleh Tora Sudiro :(.

Dari seluruh lagu yang menemani perjalanan film ini, ada satu lagu yang menurut saya kena banget, judulnya Sahabat Kecil.



Ini liriknya, siapa tau kamu tertarik berkaraokean :D

Baru saja berakhir
Hujan di sore ini
Menyisakan keajaiban
Kilauan indahnya pelangi

Tak pernah terlewatkan
Dan tetap mengaguminya
Kesempatan seperti ini
Tak akan bisa di beli

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Melawan keterbatasan
Walau sedikit kemungkinan
Tak akan menyerah untuk hadapi
Hingga sedih tak mau datang lagi…

Bersamamu kuhabiskan waktu
Senang bisa mengenal dirimu
Rasanya semua begitu sempurna
Sayang untuk mengakhirinya

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini…

Janganlah berganti
Janganlah berganti
Tetaplah seperti ini…

Ayo didendangkan lagunya biar menambah semangat untuk terus berjuang meraih ujung pelangi :D.

3 comments:

  1. Yaa memang lebih seru baca novelnya hihi. Apalagi buat orng2 yang mudah [suka] berimajinasi. Waaah, dah jadi teori dr dulu tuuh klo Media Teks memang lebih sulit dipahami dibanding media visual (jadi inget kulyah Hot media sama cold media ^_^). Ya yang ada malah disajikan seadanya. Tapi kekuatan visual ada di tampilan non verbalnya salah satunya body language *international language melebihi bahasa inggris. hahaha* yang gak akan bisa kita dapetin di novelnya, dan jadiin aja itu sbagai kelebihan dr kasus "novel di film-in".

    dibaca n ditonton, whoaaa lebih seru kayanya... ;)

    ReplyDelete
  2. jadi ngebayangin, ada gak ya bioskop yang puter film isinya teks semua gak pake gambar, klo ada gambar itupun sebagai latar belakang aja :D ... sepertinya bakalan seru :)

    ReplyDelete
  3. ekspektasi gua pas ntn juga g terlalu berlebihan koq, pasti emg begitu dari analog ke digital aja banyak yang lost apalagi novel ke film yang cuma 2,5 jam. :P

    tapi kehadiran Tora emg aneh.. kurang penting agaknya

    ReplyDelete

 
© 2008- - AnggaRifandi
#Arsenal #London #TechStartup #WebAddict #GrowthHacker